Comment

Subianto. Prabowo Subianto.

Saya telah menghindari segala hal yang berkaitan dengan politik selama umur hidup saya. Beberapa kali pemilihan umum berlalu, saya masih belum pernah sekalipun menginjakkan kaki di bilik pencoblosan. Hiruk pikuk praktik berpolitik dan polemik para politisinya bukanlah topik yang cukup menarik untuk saya hiraukan.

Namun circle of life memang benar-benar ada, dan what comes, around comes around. Apa yang saya coba hindari di dunia nyata rupanya telah menemukan jalannya kepada saya di dunia maya.

Comment

Pada kuartal keempat tahun lalu, jam terbang kayuh yang terlampau tinggi menyulap sepeda lipat saya menjadi dua bagian terpisah. Kini—selain menumpang kendaraan istri—saya kembali rutin bepergian dengan berjalan kaki serta menumpang angkutan umum. Tentunya, kedua moda transportasi tersebut membutuhkan waktu tempuh lebih lama ketimbang mengendarai kendaraan pribadi. Walhasil, sayapun lebih kerap mengenakan earphone demi membunuh waktu, dan menjadi akrab dengan salah satu gestur interaksi digital yang oleh Nicolas Nova cum suis didefinisikan sebagai «Halfway Courtesy.»

Comment

Saat saya membaca judul surel yang mengandung kata congratulations, pikiran saya langsung hard-wired untuk men-cek dan ricek apakah surel tersebut dikirim oleh scammer. Kemudian, apabila surel tersebut terbukti memang legit, pikiran saya langsung hard-wired lagi untuk mencari reward atau hadiah apa yang tercantum dalam isi surel tersebut.

Comment

Hessian

Sehari yang lalu Ben Pieratt meluncurkan Hessian, sebuah merek fiktif tanpa produk atau jasa apapun yang ditawarkan seharga 18.000 Dollar Amerika kepada siapapun yang berminat.

Hessian is an invader, an ode, a brand in waiting, a pitch to the market.

As a newborn idea, Hessian is aggressive and experimental. Its only conduit the working mind of designer Ben Pieratt, it fights for life by building meme-hooks through studies in contrasts, nostalgia, repetition and confusion. The Hessian could be a restaurant, a start-up, a clothing brand or more.

Begitulah kutipan pernyataan Ben Pieratt di laman penawarannya. Secara visual, Hessian memiliki ciri khas dan daya tarik tersendiri, apalagi untuk orang yang awam desain atau branding. Dan rupanya Ben memang sengaja menyasar pangsa ini. Sebagai salah seorang founder Svpply, Ben telah belajar bahwa kecakapan untuk memimpin, mengembangkan dan mengelola sebuah produk (baca: brand) tidaklah selalu dimiliki oleh setiap desainer, begitu pula sebaliknya.

… there are oceans of MBAs, Managers and Entrepreneurs out there who are passionate and talented at the actual building and leading of companies, but may not actually be great at identifying worthwhile problem/solutions in the market.

Baiklah Ben, sepertinya sebuah ide yang brilian. Tahun ini akan saya coba mendesain sebuah typeface lagi, siapa tahu nanti bakal dipakai buat mbranding sebuah jejaring sosial baru. Insert dreaming emoticon here.

Comment

TPB AFK

Dahulu hati saya gundah gulana tiada tara kala thepiratebay.org kandas diterpa kasus hukum lintas negara, namun saat muncul kembali sebagai thepiratebay.se, kegalauan saya langsung sirna secara instan dan saya dapat bergembira lagi, kembali mengunduh materi-materi pengetahuan—dan *cough* hiburan *cough*—yang sejatinya tak terjangkau oleh pendapatan per kapita penduduk negara dunia ketiga.

In your face, Hollywood!

TPB AFK: The Pirate Bay Away From Keyboard adalah sebuah film dokumenter arahan Simon Klose yang mengangkat sejarah kontroversial dan perjalanan berliku seputar The Pirate Bay dan para individu luar biasa dibaliknya.

Kegembiraan saya niscaya akan berlipat kuadrat pada tanggal 8 Februari 2013 ketika Simon Klose memutuskan untuk merilis film ini dengan lisensi Creative Commons. Terima kasih Simon Klose...

Oh ya, penggila tipografi dapat mengunduh typeface TPB AFK Regular buatan Martin Lexelius a.k.a. Martin 'Core' Fredrikson sang pahlawan freeware yang termasyhur itu.

Comment

Iterashun

Sore tadi saya rehat sejenak dari komputer, menutup semua aplikasi berjalan, dan membersihkan cache peramban. Setelah mandi sore, saya membuka kembali semua aplikasi dan peramban, cek inbox beberapa email, dan sebuah situs jejaring bernama Facebook.

Lalu, boo yah!

Memang benar kata bung Wells Riley bahwa—selain sepuluh prinsip desain nggenah versi oom Dieter Rams—desain yang bagus adalah desain yang iterative. Karena jika tampilan adalah raja, maka proses adalah Kasparov.

Para fan boy Behance mungkin pernah dengar soal prinsip beta bung Scott Belsky. Nah, desain iterative ini kurang lebih ibarat kelanjutan dari slogan skip perfection dan launch early beliau. Sudah bukan rahasia umum bahwa gerombolan Hackathon bung Mark Zuckerberg rajin memutakhirkan basis kode Facebook secara berkala.

Memang, sebagai pengguna awam mungkin kita akan jarang sekali—atau mustahil—dapat menyadari perbedaannya. Namun, apabila profesi anda acapkali bersinggungan dengan ranah desain UI/UX/IX, bahkan sebuah perubahan detail kecil atau penambahan sebuah fitur sederhanapun dapat memicu kegirangan sesaat dengan sentakan dahsyat setara ekstase klimaks Ron Jeremy. Baiklah, saya memang suka hyperbolic. Terus terang, saya memang sudah lama berharap Freight Sans bung Joshua Darden yang elok nian dan cetar membahana itu segera digunakan secara luas pada UI Facebook menggantikan Tahoma yang sudah cukup lama membuat saya terbosan-bosan. Namun kali ini sekedar pengindahan tombol log in saja rasanya sudah cukup menggembirakan.

Screenshot pertama di sebelah kiri adalah tampilan sebelum, dan screenshot kedua di sebelah kanan adalah tampilan sesudah pemutakhiran rutin tersebut diatas. Screenshot pertama masih memungkinkan untuk saya ambil karena peramban sekunder saya—Mozilla Firefox versi 13.0.1—masih belum saya bersihkan cache-nya. Screenshot kedua saya ambil via peramban Google Chrome versi 24.0.1312.56 m.

Ngomong-ngomong soal versi, pernahkah anda mengetahui versi berapa situs Facebook yang sekarang? Nah, itulah uniknya sebuah web app. Anda tidak akan mungkin mengetahui versinya—kecuali anda memang biasa bergaul dengan pegawai Facebook—karena pemutakhirannya terjadi hampir setiap saat. Anda tidak mungkin dapat mengunduh service packs atau hotfixes secara manual a la sistem operasi atau aplikasi keseharian anda. Tidak ada Leopard, tidak ada Snow Leopard. Karena sebuah web app dapat dengan mudah memutakhirkan dirinya dari Saras 008 menjadi Catwoman dalam waktoe jang sesingkat-singkatnja.

Lalu segera berubah lagi menjadi Catwoman yang lebih seksi saat —misalnya—ditemukah adanya bug.

Comment

Hari Ini Atau Tidak Sama Sekali

Semalam saya begadang, lalu tidur lebih singkat dari biasanya. Hari ini saya akan merasa letih, namun setidaknya saya juga akan merasa lega karena telah memakbulkan salah satu dari sekian angan yang terganjal, menanggalkan kemasygulan untuk sementara waktu.

Singkat kata: tangan saya gatal, pikiran saya tak tenang, dan malam kemarin sepertinya layak dihabiskan, maka terlahirlah jahanam ini. Karena seperti penggalan lirik Herry Sutresna dalam sebuah lagu Homicide:

Esok akan terlalu terlambat, hari ini atau tidak sama sekali!

Berjalan diatas tupai ucul beudz Diego Najar, saya berserapah tumblelog ini akan lebih sering dimutakhirkan ketimbang saudara tuanya yang sedang koma. Juga lambat laun mengantarkan pionir-pionir berikut ini menuju masa pensiun tanpa tunjangan hari tua:

Nanti malam saya akan merepetisi adegan terpekur didepan layar LCD, kembali menekuni rutinitas business as usual, melembur berpacu dengan tenggat waktu pekan depan. Saya mungkin akan tertidur karena disergap kantuk bertubi, lalu dalam lelap sel otak saya akan berlarian kesana kemari, dan esoknya saya akan bangun dan dilahirkan kembali bak Raymond K. Hessel.

Kecuali bila masih ada nyeri sendi dan otot kram yang tersisa.

Comment

September 26th, 2012 (Pt. II)

(originally posted on checkthis)

Salah satu momen priceless ala iklan Mastercard versi saya adalah bersepeda pulang ke rumah lewat rute berbeda-beda sambil mendengarkan lagu-lagu yang sedang heavy rotation di playlist pribadi saya.

Malam ini, saya akan memutar playlist berisi tiga album dengan durasi total sepanjang 33 menit 49 detik. Lagu-lagu pendek no non-sense yang saya rasa pantas sebagai suara latar pengiring kerja keras kelenjar keringat.

— Trash Talk - Eyes & Nines

—Trash Talk - Awake

—Converge / Napalm Death - Split EP