Sore tadi saya rehat sejenak dari komputer, menutup semua aplikasi berjalan, dan membersihkan cache peramban. Setelah mandi sore, saya membuka kembali semua aplikasi dan peramban, cek inbox beberapa email, dan sebuah situs jejaring bernama Facebook.
Lalu, boo yah!

Memang benar kata bung Wells Riley bahwa—selain sepuluh prinsip desain nggenah versi oom Dieter Rams—desain yang bagus adalah desain yang iterative. Karena jika tampilan adalah raja, maka proses adalah Kasparov.
Para fan boy Behance mungkin pernah dengar soal prinsip beta bung Scott Belsky. Nah, desain iterative ini kurang lebih ibarat kelanjutan dari slogan skip perfection dan launch early beliau. Sudah bukan rahasia umum bahwa gerombolan Hackathon bung Mark Zuckerberg rajin memutakhirkan basis kode Facebook secara berkala.
Memang, sebagai pengguna awam mungkin kita akan jarang sekali—atau mustahil—dapat menyadari perbedaannya. Namun, apabila profesi anda acapkali bersinggungan dengan ranah desain UI/UX/IX, bahkan sebuah perubahan detail kecil atau penambahan sebuah fitur sederhanapun dapat memicu kegirangan sesaat dengan sentakan dahsyat setara ekstase klimaks Ron Jeremy. Baiklah, saya memang suka hyperbolic. Terus terang, saya memang sudah lama berharap Freight Sans bung Joshua Darden yang elok nian dan cetar membahana itu segera digunakan secara luas pada UI Facebook menggantikan Tahoma yang sudah cukup lama membuat saya terbosan-bosan. Namun kali ini sekedar pengindahan tombol log in saja rasanya sudah cukup menggembirakan.
Screenshot pertama di sebelah kiri adalah tampilan sebelum, dan screenshot kedua di sebelah kanan adalah tampilan sesudah pemutakhiran rutin tersebut diatas. Screenshot pertama masih memungkinkan untuk saya ambil karena peramban sekunder saya—Mozilla Firefox versi 13.0.1—masih belum saya bersihkan cache-nya. Screenshot kedua saya ambil via peramban Google Chrome versi 24.0.1312.56 m.
Ngomong-ngomong soal versi, pernahkah anda mengetahui versi berapa situs Facebook yang sekarang? Nah, itulah uniknya sebuah web app. Anda tidak akan mungkin mengetahui versinya—kecuali anda memang biasa bergaul dengan pegawai Facebook—karena pemutakhirannya terjadi hampir setiap saat. Anda tidak mungkin dapat mengunduh service packs atau hotfixes secara manual a la sistem operasi atau aplikasi keseharian anda. Tidak ada Leopard, tidak ada Snow Leopard. Karena sebuah web app dapat dengan mudah memutakhirkan dirinya dari Saras 008 menjadi Catwoman dalam waktoe jang sesingkat-singkatnja.
Lalu segera berubah lagi menjadi Catwoman yang lebih seksi saat —misalnya—ditemukah adanya bug.